Minggu, 08 Agustus 2010

sepatu ben

Pada suatu hari ada seorang anak bernama Ben. Ben adalah seorang anak buruh bangunan, yang penghasilannya pas-pas. Keberuntunganlah yang akhirnya bisa mengantarkan Ben kesekolah favorite ini. Bisa dibayangkan, teman-temannya adalah anak pengusaha dan konglomerat yang kaya raya.
Sebenarnya bukan hanya keberuntungan yang membawa Ben masuk kesekolah favorite ini. Ben memang layak masuk kesana karena otaknya yang cerdas. Terutama pada mata pelajaran Matematika.
Sejak pagi tadi, konsentrasi Ben terganggu. Bukan karena ia sedang sakit, karena sepatunya yang sudah mulai rusak. Akan tetapi, apa daya, upah ayahnya sebagai buruh bangunan tidak pernah tersisa meskipun hanya untuk membeli sepatu seharga Rp 55.000,00. Ia berharap sepatunya tidak akan terkena razia Pak Golum, seperti yang pernah dialaminya.
Ben, ingat benar kejadian seminggu yang lalu. Saat itu, Ben berangkat sekolah seperti biasanya. Informasi yang didapat dari temannya akan ada razia yang akan dilakukan oleh Pak Golum. Namun, Ben merasa tidak berdaya. Ia tahu sepatunya akan terkena razia. Selain warnanya sudah tidak hitam, sepatunya tergolong sudah tidak layak pakai.
Ben pasrah ketika Pak Golum mengintrogasinya.
“Sudah berapa kali kamu terkena razia tidak memakai sepatu hitam!” tanya Pak Golum dengan suara keras.
Ben tidak menjawab, melainkan langsung melepas sepatunya. Lalu, ia berjalan lemas menuju ruang kelasnya. Setelah kejadian itu Ben langsung membeli sepatu baru. Uangnya diperoleh dari sisa tabungan dan uang beasiswanya. Sebenarnya uang itu untuk membayar BP 3. Tapi peristiwa razia itu telah membuat Ben muak. Sejak itu, Ben mulai memakai sepatu barunya. Namun sepatu itu tidak terasa enak jika dipakai. Mungkin, kaki Ben memang telah terbiasa memakai sepatu butut.
Demi mematuhi tata tertib, setiap hari Ben memakai sepatu baru itu. Akan tetapi, ia tetap membawa sepatu lamanya didalam tas. Saat pelajaran dikelas dan saat pulang sekolah, Ben melepas sepatu barunya, kemudian menggantinya dengan sepatunya yang lama.
Siang itu, saat pulang sekolah, Ben mampir ke toko buku. Tidak diduga, ada seorang perempuan berteriak.” Copet…!” Ben terkejut. Ia melihat seorang laki-laki berlari dengan membawa sebuah dompet. Ben cepat cepat melepas sepatunya dan melemparkannya kearah pencopet yang sedang berlari. Sepatu yang dilemparkan Ben tepat mengenai kepala dari si pencopet. Karena kaget, pencopet itu tersandung batu dan terjatuh.
Saat itu orang orang berdatangan untuk memassanya. Namun, Ben mencegahnya. Pencopet itu akhirnya dibawa ke kantor polisi.
Ben mengembalikan dompet kepemiliknya. Perempuan itu sebenarnya ingin memberi uang terima kasih kepada Ben, tetapi Ben menolak. Ia merasa melakukan semuanya dengan ikhlas. Setelah berbicara dengan perempuan itu, ternyata perempuan itu adalah istri dari Pak Golum. Setelah itu, Ben mengantarkannya ke tempat Pak Golum, di sekolahannya. Perempuan itu menceritakan kejadian yang dialaminya. Pak Golum merasa berterima kasih kepada Ben karena sudah menolong istrinya tersebut. Lalu, Ben sangat salut kepada Pak Golum. Dibalik sikapnya yang keras, ternyata beliau orang yang sangat lembut dan sportif.

ayah

Ayah…..
Aku hanya ingin kau tau
Bahwa diriku sangat merindukamu
Aku hanya ingin bersamamu
Ayah……
Mungkin slama ini kau slalu melihatku tegar
Tapi dibalik senyumku ada kesedihan
Dan duka yang kupendam
Ayah……
Ada rasa iri
Dan rindu
Ayah……
Aku hanya ingin kau adil
Ayah dengarkan lah
Aku ciptakan lagu ini hanya untukmu seorang
Walau air mata slalu berlinang
Ayah dengarkanlah
Aku ingin bertemu
Yang slama ini menjadi sosok yang kurindukan
Pedih dan rasa sakit ini
Akan aku pendam
Karena aku tau kau sayang padaku
Ayah……
Maafkan aku bila slama ini ku slalu kesal kepada dirimu
Tapi aku hanya ingin diperhatikanmu
Ayah……
Aku hanya ingin slalu bersama dirimu
Dan memelukmu kembali
Selamanya………………………..

mystery haunted building


Pada suatu hari terdapat sebuah gedung tua. Di gedung tersebut pernah terjadi pengebom-an yang sangat dahsyat, dan menelan banyak korban. Dan pada saat sekarang ini gedung itu tidak pernah digunakan maupun diperbaiki, karena menurut banyak orang gedung tersebut di huni semacam manusia ( Red Eyes ). Setelah itu ada kelompok orang yang memberanikan diri untuk menjelajahi misteri tersebut. Orang – orang tersebut adalah Sakti, Sandi, Simca, Charlie, dan George yang paling takut dan pendiam. Setelah itu kelompok tersebut langsung menuju gedung angker itu. Kemudian mereka masuk kedalam gedung tersebut dan menaiki lantai 1. Ternyata di lantai 1 ini tidak ada sesuatu yang mencurigakan bagi mereka. Dan sampai lantai ke sepuluh mereka tidak menemukan sesuatu yang mengerikan. Setelah itu mereka beristirahat di lantai sepuluh tersebut selama beberapa jam. Setelah mereka memulihkan tenaga mereka. Mereka berlima pun akhirnya menaiki lantai yang ke sebelas. Dilantai ini mereka terdiam karena mereka menemukan banyak sekali mayat yang tergeletak di sekitar mereka. Setelah mereka melihat banyak sekali mayat tergeletak dengan keadaan mata tidak ada tersebut. Lalu mereka menuju lantai  12. Dilantai ini juga mereka telihat sangat kaget, karena banyak celurit dengan adanya darah diujung celurit tersebut. Dan pada saat mereka menaiki lift menuju lantai  13. Pada saat lift terbuka ada seseorang muncul didepan mereka berlima. George pun berkata sambil berbisik “teman – teman siapa yang berada didepan kita itu kelihatannya menyeramkan” kataa George sambil memegangi Charlie. “ Teman- teman coba perhatikan baik baik dari kepala sampai mata kaki “ kata Sakti dengan suara menegangkan. “ Iya memang kenapa” kata Sandi. Sakti pun berkata dengan kata yang halus “ Teman – teman dia sepertinya yang sering diceritakan orang –orang disekitar kita”. “Jangan –jangan itu adalah  Red Eyes si mata merah”. Jawab Charlie, Simca, George.Sakti berkata” benar itu adalah si mata merah. “Bahaya nih kita harus kabur dulu, kita belum menyusun rencana untuk membunuh si mata merah. “ujar Sandi. Setelah itu mereka berlari untuk menghindari Red Eyes menuju arah utara. Karena George lengah melihat orang mengerikan tersebut. Didepan George ada sebuah celurit sangat besar ukurannya sedang berayun ayun kearah kanan dan kiri. Akhirnya setelah setelah George melihat kedepan. George kaget dan celurit itu menancap di mata George dengan darah bercucuran pada daerah mata. Akhirnya George pun tewas mengenaskan. Karena George teriak karena celurit yang menancap dimatanya teman – temannya pun mendengar teriakan George dan langsung berhenti berlari dan membalikan badan mereka karena salah satu teman mereka berteriak sangat kencang. Setelah mereka melihat temannya mereka bersedih dan sangat kesal karena kelompok mereka tewas. Sakti pun berkata “ Teman – teman jangan bersedih kita akan balas perbuatan Red Eyes. Biarkan George kembali ke alamnya dengan tenang. “ Setelah mendengar perkataan dari Sakti mereka pun langsung berlari kearah lift. Setelah lift tertutup ternyata ada yang membuka lift tersebut dengan kekuatan yang besar. Ternyata yang membuka lift itu adalah Red Eyes. Setelah itu dikeluarkanlah Sakti, Sandi, Charlie, dan Simca dari lift dengan paksa. Lalu setelah dikeluarkan dari lift. Ditinjulah Sakti, Sandi, Charlie hingga keluarlah darah dari mereka. Karena Red Eyes sibuk memukuli Sakti, Sandi dan Charlie. Simca pun kabur. Karena larinya yang sangat lamban dan dia perempuan. Red Eyes akhirnya menoleh kearah Simca karena jejak langkah yang terlalu keras. Akhirnya Red Eyes menangkap Simca dengan rantai yang ada di pergelangan tangannya itu, dilemparkanlah rantai tersebut kearah Simca dan akhirnya mengenai leher Simca. Karena Red Eyes merasa sudah mengenai Simca di tarik Simca kearah tangga dan di bawalah Simca ke tempat rahasia Red Eyes tersebut. Karena Sakti, Sandi, Charlie ditinju habis –habisan oleh Red Eyes. Merekapun pingsan hampir 2 hari. Setelah sadar dari pingsan nya mereka pun terbangun dan beristirahat untuk mengobati luka mereka. Mereka baru sadar ternyata Simca baru saja di culik oleh Red Eyes, karena mendengar teriakan Simca. Mereka bertiga pun akhirnya bergegas dan segera menyelamatkan tema wanitanya itu. Mereka mencari dari lantai 14-19 tetapi tidak menemukan Simca. Akhirnya sampailah Mereka bertiga dilantai terakhir yaitu lantai 20. Mereka sudah mengecek seluruh ruangan tetapi tetap juga tidak menemukan Simca. Mereka pun lelah, tetapi karena semangat dari Sakti akhirnya merekapun kembali semangat dan meneruskan mencari Simca. Pada saat semangat mereka berkobar mereka menemukan suatu ruangan yang katanya ruangan itu adalah ruangan pada saat bom meledak. Mereka pun masuk dan akhirnya mereka menemukan juga Simca yang sedang dikurung dan Red Eyes. Red Eyes pun langsung menghampiri Sakti, Sandi, Charlie dan Red Eyes pun menonjok mereka bertiga. Mereka bertiga tidak lengah dan langsung menyusun rencana pada saat terdesak. Mereka pun langsung berlari dan hal serupa seperti George pun terulang meimpa Charlie. Akhirnya Charliepun tewas. Sandi, Saktipun bersedih dan kesal karena sudah merenggut 2 kawan mereka. Akhirnya mereka pun berhenti di suatu ruangan, begitupun dengan Red Eyes. Red Eyes pun langsung menghajar Sakti sambil berkata “ tidak ada yang boleh lolos setelah memasuki gedungku” . Saktipun terlempar kearah dinding. Hanya Sandi yang tesisa. Lalu Red Eyes pun mendekati Sandi. Sandi yang merasa ketakutan jatuh terpeleset dan berkata “ Tolong tuan Red Eyes jangan bunuh saya “. Red Eyed pun tidak menghiraukan perkataan Sandi dan langsung mencekek leher Sandi. Karena Sakti masih tersadar, Saktipun mengambil celurit berukuran kecil yang ada didekatnya. Akhirnya Saktipun berlari dan menancapkan celurit tersebut kearah mata Red Eyes. Setelah tertancap Red Eyes pun menjerit sambil memegangi matanya. Karena keadaan Red Eyes didekat jendela. Didoronglah Red Eyes kearah jendela tersebut dan jatuhlah Red Eyes dari lantai dua puluh. Habislah riwayat Red Eyes. Setelah menjatuhkan Red Eyes keluar, lalu Sakti dan Sandi menuju kearah Simca di tahan. Dibebaskanlah Simca dari kurungan tersebut. Simca pun berkata “ Teman –teman terima kasih sudah menyelamatkan aku dari Red Eyes. Lho Charlie mana”. Sakti dan Sandi pun terdiam dengan memasang muka sedih. Simca pun semakin tegang dan menanyakan hal yang sama seperti tadi. Lalu Sakti pun berkata “ Em………..Cha….Cha…Charlie sudah tewas karena tertusuk celurit dimatanya sama seperti tewasnya George” . Simca pun terdiam dan sedih. Lalu Sakti dan Sandi membawa mayat George dan Charlie. Lalu datanglah ambulan untuk membawa mayat Charlie dan George. Setelah itu Sakti, Sandi dan Simca akhirnya juga dirujuk kerumah sakit untuk merawat luka –luka yang dialami mereka bertiga.